Bela Jokowi Soal Ambisi Kekuasaan Prabowo Mengumpat Tanpa Suara
Jakarta Presiden Prabowo Subianto sempat mengungkapkan rasa jengkel disertai guyon selama memberikan sambutan dalam acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Partai Gerindra. Salah satunya saat membela Presiden Ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi soal ambisi kekuasaan.
“Pak Jokowi saya yakin tidak punya ambisi untuk bikin ini dan bikin itu. Saya kenal, saya kabinet beliau 5 tahun, saya saksi. Pikiran beliau hanya untuk rakyat Indonesia,” tutur Prabowo di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2025).
Prabowo kemudian menyindir pihak yang menilainya telah dikendalikan oleh Jokowi. Bahkan, dia mengumpat tanpa suara, yang kemudian mendapatkan respons riuh dukungan para kader.
Nanti dibilang saya, apa Pak, saya dikendalikan Pak Jokowi, cawe-cawe,” kata Prabowo diakhiri gestur mulut umpatan tanpa suara.
Kenapa? Kenapa kalian ribut, kan saya enggak ngomong apa-apa, benar?” sambungnya tertawa.

Presiden ke-7 Joko Widodo alias Jokowi mengaku diperintah Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan sambutan dalam puncak acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2025).
Dia mengulas, awalnya Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad melobinya untuk memberikan sambutan namun ditolak.
Kedua pentolan Partai Gerindra itu menyatakan permintaan sambutan tersebut langsung diberikan oleh Prabowo.
“Karena yang memerintah panglima tertinggi negara, Presiden Republik Indonesia, saya bilang siap Pak!” tutur Jokowi seraya memberikan sikap hormat kepada Prabowo.
Para tamu undangan dan kader Gerindra langsung bersorak dan bertepuk tangan. Sementara Prabowo terlihat tersenyum lepas bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Setelah sambutan, Prabowo pun menghadiahkan sebuah keris untuk Jokowi. Keduanya pun bersalaman sambil menunjukkan momen persahabatan.
Presiden Prabowo Subianto selaku Ketua Umum (Ketum) Gerindra berterima kasih ke Presiden Ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi lantaran banyak berjasa untuk pemerintahan saat ini. Khususnya dalam penerapan program Asta Cita, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG).
Prabowo menyampaikan, penilaian 100 hari pertama kerja untuknya sebenarnya tidak tepat. Sebab, Jokowi telah membuatnya kerja lebih awal sebelum dilantik menjadi presiden.
“Mungkin 200 hari lah. Sebelum serah terima beliau sudah panggil saya terus,” tutur Prabowo dalam HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2025).
Peran Jokowi dalam Pembangunan Nasional
Menurutnya, Badan Gizi Nasional yang menjadi ujung tombak program Makan Bergizi Gratis merupakan bentukan Jokowi sebelum lengser dari jabatannya sebagai presiden.
“Biasa ada yang nyinyir, mana bisa kasih makan. Mana bisa, uangnya enggak ada. Uangnya ada bung, ada. Tapi siapa yang membentuk Badan Gizi Nasional, siapa yang tanda tangan sebelum Oktober tanggal 20, yang bentuk adalah Pak Joko Widodo,” jelas dia.
Adapun hingga saat ini sudah sekitar sejuta anak Indonesia yang menerima Makan Bergizi Gratis. Target sampai dengan akhir Juli 2025 akan ada sebanyak 6 juta siswa yang merasakan program tersebut.
BACA JUGA :Prabowo Beri Sinyal Reshuffle Kabinet, Warning” untuk Para Menteri
“Beliau (Jokowi) yang bentuk, sehingga kita sudah kerja sebelum Oktober, dan kita Januari kita sudah gelar,” Prabowo menandaskan.
Dampak Ekonomi dan Politik
Program-program yang diterapkan di bawah kepemimpinan Jokowi dan diteruskan oleh Prabowo menunjukkan kesinambungan kebijakan ekonomi dan sosial. Beberapa analis politik menilai bahwa hubungan erat antara Prabowo dan Jokowi menjadi simbol stabilitas pemerintahan yang berkelanjutan.
Keberlanjutan program seperti Makan Bergizi Gratis dianggap sebagai salah satu langkah untuk memperbaiki ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Di sisi lain, penguatan hubungan antara Prabowo dan Jokowi juga berdampak pada peta politik Indonesia. Beberapa pengamat menilai bahwa dukungan kuat dari mantan Presiden Jokowi kepada Prabowo bisa mengurangi polarisasi politik di dalam negeri.
Reaksi Publik terhadap Hubungan Prabowo-Jokowi
Respon publik terhadap hubungan Prabowo dan Jokowi beragam. Beberapa kelompok pendukung Prabowo menganggap bahwa hubungan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat pemerintahan. Namun, ada pula kelompok yang mengkritik bahwa Prabowo terlalu banyak mengikuti kebijakan Jokowi tanpa adanya perbedaan signifikan dalam arah kebijakan.
Namun demikian, data menunjukkan bahwa kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat, seperti Makan Bergizi Gratis dan pembangunan infrastruktur, tetap mendapatkan dukungan mayoritas dari masyarakat.
Kesimpulan: Sinergi atau Politik Pragmatis?
Kedekatan antara Prabowo dan Jokowi bisa dilihat dari dua perspektif. Di satu sisi, ini merupakan bentuk sinergi politik yang bertujuan untuk memastikan keberlanjutan kebijakan pembangunan nasional. Di sisi lain, ada yang menilai bahwa ini adalah langkah pragmatis untuk menjaga stabilitas politik dan dukungan rakyat.
Namun, yang tidak dapat disangkal adalah bahwa kebijakan yang telah dijalankan membawa dampak nyata bagi masyarakat. Keberlanjutan program-program yang telah dicanangkan menjadi indikator utama efektivitas sinergi pemerintahan ini.
Ke depan, tantangan bagi Prabowo adalah bagaimana ia dapat mempertahankan identitas kepemimpinannya sendiri tanpa kehilangan dukungan yang telah dibangun oleh Jokowi. Dengan fokus pada eksekusi kebijakan yang lebih efektif, pemerintahannya dapat memberikan dampak yang lebih luas bagi kesejahteraan rakyat.