Rupiah Melemah Turis Malaysia Ramai-ramai ke Indonesia
Fluktuasi nilai tukar mata uang merupakan fenomena yang lazim dalam dunia ekonomi global. Namun, ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing, khususnya ringgit Malaysia, dampaknya tidak hanya terasa dalam sektor keuangan dan perdagangan, tetapi juga dalam sektor pariwisata. Dalam beberapa bulan terakhir, pelemahan rupiah justru menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asal Malaysia untuk berkunjung ke Indonesia.
Fenomena ini menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang dapat memengaruhi pola perjalanan wisata lintas negara. Turis Malaysia kini berbondong-bondong datang ke berbagai destinasi populer di Indonesia, memanfaatkan keuntungan kurs yang membuat liburan menjadi lebih terjangkau dan menyenangkan.

Rupiah Melemah Turis Malaysia Ramai-ramai ke Indonesia
VENUS4D Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), kunjungan wisatawan asal Malaysia ke Indonesia meningkat signifikan dalam triwulan pertama tahun 2025. Jumlah kunjungan tercatat naik hampir 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Destinasi utama yang menjadi favorit wisatawan Malaysia antara lain adalah Medan, Padang, Batam, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Faktor geografis yang dekat, kedekatan budaya, serta kemudahan akses penerbangan langsung turut mempercepat laju kunjungan. Namun, yang paling utama adalah nilai tukar yang menguntungkan bagi wisatawan Malaysia.
Dengan kurs yang semakin melemah, ringgit Malaysia menjadi lebih kuat saat ditukar dengan rupiah, memungkinkan wisatawan untuk memperoleh lebih banyak barang dan jasa dengan anggaran yang sama. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai destinasi yang sangat ekonomis dan menarik di mata masyarakat Malaysia.
Keuntungan Ekonomis bagi Turis Malaysia
Seorang turis Malaysia bernama Nurul Aina yang berkunjung ke Bandung menyebut bahwa pengalamannya berbelanja dan berlibur di Indonesia sangat memuaskan. “Kalau dibandingkan dengan Kuala Lumpur, harga makanan, penginapan, bahkan tiket masuk ke tempat wisata di sini jauh lebih murah. Dengan uang 500 ringgit, saya bisa menikmati liburan selama beberapa hari,” tuturnya.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada turis perorangan, tetapi juga pada agen perjalanan yang mulai menawarkan paket-paket wisata ke Indonesia dengan harga lebih kompetitif. Paket perjalanan 3 hari 2 malam ke Yogyakarta, misalnya, ditawarkan dengan harga hanya 650 ringgit, sudah termasuk tiket pesawat, akomodasi, dan tur keliling kota.
Pelemahan rupiah membuat Indonesia menjadi destinasi liburan dengan “nilai lebih” di mata turis Malaysia. Mereka dapat menginap di hotel bintang tiga atau empat dengan harga yang setara dengan penginapan standar di negaranya. Selain itu, aneka kuliner khas Indonesia yang lezat dan terjangkau menjadi daya tarik tambahan.
Dampak Positif Bagi Sektor Pariwisata Indonesia
Meningkatnya kunjungan wisatawan Malaysia membawa dampak positif yang signifikan terhadap sektor pariwisata Indonesia. Hotel, restoran, tempat wisata, pusat oleh-oleh, dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) merasakan langsung lonjakan pengunjung. Hal ini memberikan dorongan terhadap perekonomian lokal, terutama di wilayah-wilayah yang memang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Di kota Batam, misalnya, tingkat okupansi hotel naik hingga 80 persen pada akhir pekan, dengan mayoritas tamu berasal dari Malaysia. Di Medan, kunjungan ke tempat wisata seperti Danau Toba, Istana Maimun, dan Masjid Raya Medan mengalami lonjakan. Sementara di Yogyakarta, Malioboro kembali dipadati oleh wisatawan mancanegara, khususnya dari negara tetangga tersebut.
Para pelaku usaha UMKM yang menjajakan batik, kerajinan tangan, dan kuliner tradisional juga turut diuntungkan. Tidak sedikit wisatawan Malaysia yang membeli oleh-oleh dalam jumlah besar untuk dibawa pulang ke negaranya.
Kebijakan Pemerintah yang Mendukung
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, turut menyambut baik peningkatan jumlah wisatawan dari Malaysia. Beberapa langkah strategis telah diambil untuk memaksimalkan potensi ini, seperti memperbanyak penerbangan langsung dari kota-kota di Malaysia ke destinasi wisata utama di Indonesia, memperkuat promosi digital, serta mengoptimalkan pelayanan keimigrasian di bandara.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dalam beberapa kesempatan menegaskan bahwa Malaysia merupakan salah satu pasar prioritas pariwisata Indonesia. “Kita ingin meningkatkan pengalaman wisatawan Malaysia agar semakin nyaman dan berkesan selama di Indonesia. Ini juga sejalan dengan target pemulihan dan peningkatan devisa dari sektor pariwisata,” ujar Sandiaga.
Selain itu, adanya bebas visa kunjungan selama 30 hari turut mempermudah warga Malaysia untuk datang tanpa proses administratif yang rumit. Fasilitas ini sangat diapresiasi dan menjadi salah satu alasan utama kenapa kunjungan meningkat tajam.
Baca juga:Kata Manajemen Bali United Setelah Teco Minta Mundur, Siap Hadapi Era Baru
Tantangan dan Perhatian yang Perlu Diperhatikan
Meskipun dampak positif cukup besar, pemerintah dan pelaku industri pariwisata juga dihadapkan pada beberapa tantangan yang perlu disikapi. Salah satunya adalah kesiapan infrastruktur dan pelayanan yang prima agar mampu mengakomodasi lonjakan wisatawan.
Di beberapa tempat, terjadi antrean panjang di pintu masuk objek wisata dan keterbatasan kamar hotel pada hari libur panjang. Hal ini dapat mengurangi kenyamanan wisatawan jika tidak segera diatasi.
Selain itu, perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pariwisata, terutama dari segi bahasa, keramahan, dan pelayanan, agar wisatawan merasa dihargai dan ingin kembali berkunjung.
Isu kebersihan dan keamanan juga menjadi perhatian penting. Pemerintah daerah diharapkan sigap dalam menjaga kebersihan area wisata serta menyediakan layanan keamanan dan informasi bagi wisatawan asing.
Prospek Jangka Panjang dan Strategi Keberlanjutan
Jika tren peningkatan kunjungan wisatawan Malaysia ini dapat dipertahankan dan dikelola dengan baik, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata utama bagi warga negara tetangga tersebut. Untuk itu, strategi jangka panjang perlu dirancang, termasuk promosi budaya dan pengalaman otentik yang menjadi ciri khas Indonesia.
Pengembangan destinasi wisata baru di luar Bali dan Jakarta juga menjadi salah satu solusi strategis. Destinasi seperti Belitung, Banyuwangi, Mandalika, dan Labuan Bajo dapat dipromosikan secara lebih intensif kepada wisatawan Malaysia yang ingin mencoba pengalaman baru.
Selain itu, kolaborasi antara pelaku industri pariwisata dari kedua negara juga dapat diperkuat. Misalnya, melalui forum bisnis pariwisata, promosi bersama, dan penawaran paket wisata lintas negara yang terintegrasi.
Penutup
Pelemahan rupiah, yang pada awalnya mungkin dianggap sebagai tantangan ekonomi, ternyata membawa berkah tersendiri bagi sektor pariwisata Indonesia. Keuntungan nilai tukar rupiah terhadap ringgit Malaysia dimanfaatkan secara optimal oleh wisatawan Malaysia untuk berlibur dan berbelanja di berbagai destinasi Tanah Air.
Peningkatan kunjungan ini tidak hanya menjadi peluang ekonomi, tetapi juga menjadi ajang promosi budaya, persahabatan antar bangsa, serta penguat hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia. Dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik, Indonesia dapat menjadikan momentum ini sebagai landasan untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif di masa depan.