Tiga Bank Jumbo Kreditur Utama Chandra Daya Investasi (CDIA) yang IPO Rp2,37 Triliun
Perusahaan investasi terkemuka, PT Chandra Daya Investasi (CDIA), resmi mengumumkan langkah strategisnya
untuk melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) senilai Rp2,37 triliun.
Aksi korporasi ini tak hanya menarik perhatian pasar modal, namun juga membuka fakta bahwa terdapat tiga bank jumbo
yang berperan sebagai kreditur utama dalam perjalanan pembiayaan ekspansi CDIA.
Keterlibatan tiga bank besar ini mengindikasikan adanya kepercayaan institusi keuangan terhadap prospek bisnis CDIA
sekaligus memperkuat posisi perusahaan di mata investor publik menjelang debutnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tiga Bank Jumbo Kreditur Utama Chandra Daya Investasi (CDIA) yang IPO Rp2,37 Triliun
PT Chandra Daya Investasi (CDIA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang investasi strategis dan pengelolaan aset lintas sektor.
Dalam beberapa tahun terakhir, CDIA banyak terlibat dalam proyek-proyek berskala besar, termasuk infrastruktur
properti komersial, dan portofolio di sektor energi dan teknologi.
Perusahaan ini dikenal agresif dalam ekspansi namun tetap berhati-hati secara finansial, terbukti dari kinerja laporan keuangannya
yang cenderung stabil dan terukur. Dalam prospektus IPO yang diterbitkan, CDIA menyatakan bahwa dana hasil IPO akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang
pengembangan bisnis baru, serta investasi di sektor energi hijau dan digitalisasi aset.
Rincian IPO Rp2,37 Triliun
Melalui IPO ini, CDIA melepas sekitar 10 miliar lembar saham baru dengan harga penawaran
Rp237 per saham, yang setara dengan total nilai penawaran mencapai Rp2,37 triliun. IPO ini menjadi salah satu yang terbesar sepanjang tahun 2025 sejauh ini.
Manajemen CDIA menyampaikan bahwa sekitar 45% dana IPO akan digunakan untuk pelunasan pinjaman bank
sedangkan sisanya akan dialokasikan untuk ekspansi usaha dan penguatan modal kerja. Inilah yang kemudian menguak
nama-nama tiga bank besar yang selama ini menjadi pemberi pinjaman utama bagi CDIA.
Tiga Bank Jumbo yang Menjadi Kreditur Utama CDIA
Dalam dokumen resmi prospektus dan keterbukaan informasi, CDIA menyebutkan bahwa tiga bank berikut adalah pemberi kredit utama
dengan eksposur pinjaman paling besar terhadap perusahaan:
1. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Sebagai bank BUMN dengan aset terbesar di Indonesia, Bank Mandiri memiliki peran dominan dalam pembiayaan
proyek-proyek strategis nasional, termasuk beberapa lini usaha yang digarap oleh CDIA. Nilai fasilitas kredit yang diberikan
Bank Mandiri mencapai lebih dari Rp800 miliar, dan sebagian digunakan untuk proyek energi dan konstruksi.
2. Bank Central Asia (BCA) Tbk
BCA dikenal sebagai bank swasta terbesar dan paling konservatif dalam pengelolaan risiko kredit.
Keterlibatan BCA sebagai kreditur utama menunjukkan kepercayaan terhadap profil risiko dan cash flow CDIA.
Pinjaman yang diberikan berkisar Rp600 miliar, dengan tenor menengah dan fasilitas modal kerja.
3. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk
BNI menjadi bank ketiga yang turut memberikan dukungan keuangan signifikan kepada CDIA. Dengan plafon kredit lebih dari Rp500 miliar
BNI fokus pada pembiayaan ekspansi properti dan ekosistem digital CDIA. Bank ini juga digandeng dalam pengembangan layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) oleh CDIA.
Ketiga bank tersebut memiliki posisi kredit yang masih aktif dan belum seluruhnya dilunasi.
Oleh karena itu sebagian besar dana hasil IPO akan digunakan untuk memperkuat posisi
keuangan CDIA melalui pelunasan utang lebih awal, yang diharapkan mampu menurunkan beban bunga dan memperbaiki rasio keuangan perusahaan.
Reaksi Pasar dan Analis
Para analis pasar modal menilai bahwa keterlibatan tiga bank besar sebagai kreditur merupakan indikator kepercayaan
tinggi dari sektor perbankan terhadap kelayakan bisnis CDIA. Selain itu, langkah perusahaan untuk menggunakan
dana IPO guna membayar utang menunjukkan sikap disiplin finansial yang patut diapresiasi.
Namun, ada juga catatan yang diberikan oleh analis. Beberapa pihak menyoroti tingginya porsi dana IPO yang digunakan untuk
pelunasan utang, yang bisa mengurangi fleksibilitas perusahaan dalam melakukan ekspansi agresif pasca-IPO Kendati demikian
manajemen CDIA meyakinkan bahwa struktur permodalan akan jauh lebih sehat dan siap menghadapi tantangan pasca pencatatan saham.
Rencana Pengembangan Pasca IPO
Setelah proses IPO rampung, CDIA berencana untuk mengeksekusi beberapa inisiatif bisnis baru, antara lain:
-
Investasi di pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT)
-
Pengembangan kawasan bisnis dan perkantoran di luar Jakarta
-
Akselerasi transformasi digital melalui anak usaha berbasis teknologi
-
Penguatan lini usaha manajemen aset dan real estate investment trust (REIT)
Strategi ini dinilai akan mendorong pendapatan berulang (recurring income) dan meningkatkan valuasi perusahaan dalam jangka panjang.
Baca juga:Pemerintah Buka Skema PPPK Paruh Waktu, Ini Daftar Jabatannya
Penutup
Penunjukan Bank Mandiri, BCA, dan BNI sebagai kreditur utama Chandra Daya Investasi memperlihatkan tingginya keyakinan
sektor perbankan terhadap fundamental bisnis CDIA.
IPO senilai Rp2,37 triliun ini bukan hanya menjadi momen penting bagi perusahaan, tetapi juga menjadi ajang pembuktian bahwa
pengelolaan utang yang sehat dan tata kelola yang baik akan menjadi kunci sukses di pasar modal.
Ke depan, investor publik akan terus mencermati bagaimana CDIA menjalankan rencana ekspansinya pasca IPO dan apakah perusahaan
mampu mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan seperti yang dijanjikan.