Harga Emas Akhirnya Runtuh, Takluk oleh “Musuh Abadi” nya

Harga emas dunia kembali mengalami koreksi tajam dalam beberapa hari terakhir, mematahkan tren bullish yang sempat mendominasi pasar sepanjang awal tahun.

Logam mulia yang selama ini dianggap sebagai aset lindung nilai (safe haven) akhirnya tumbang di hadapan

musuh abadinya”: dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil obligasi yang menguat tajam.

Harga Emas Akhirnya Runtuh, Takluk oleh “Musuh Abadi” nya

Pada perdagangan Rabu malam waktu AS, harga emas spot turun ke level terendah dalam dua bulan terakhir, menyentuh kisaran

USD 2.295 per troy ounce, setelah sempat bertengger di atas USD 2.400 beberapa pekan lalu.

Penurunan ini dinilai sebagai sinyal kuat bahwa pasar tengah melakukan reposisi setelah gelombang optimisme terhadap pemangkasan suku bunga The Fed mulai meredup.

Investor besar yang sebelumnya mengoleksi emas kini mulai kembali melirik obligasi dan dolar, yang menawarkan imbal hasil lebih menarik di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter.

Dolar AS dan Yield Obligasi Kembali Menekan

Penguatan dolar AS menjadi salah satu penyebab utama tekanan terhadap harga emas. Indeks DXY (Dollar Index)

yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, naik mendekati level 105, tertinggi dalam lebih dari satu bulan.

Penguatan dolar membuat emas yang dihargakan dalam USD menjadi lebih mahal bagi investor non-AS, sehingga permintaannya menurun.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan signifikan, mendekati 4,3%. Ketika yield naik

investor cenderung melepas aset non-produktif seperti emas karena dianggap kurang menarik dibanding obligasi yang menawarkan return tetap.

Sikap The Fed Masih “Hawkish”, Pasar Kian Ragu

Salah satu faktor fundamental yang turut menekan harga emas adalah sikap hati-hati The Federal Reserve dalam memberikan sinyal penurunan suku bunga.

Data ekonomi AS yang masih solid, terutama dari sektor tenaga kerja dan inflasi, membuat bank sentral belum yakin untuk segera memangkas suku bunga acuannya.

Pidato terbaru dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menyatakan bahwa “masih diperlukan

keyakinan lebih besar bahwa inflasi sedang menuju target 2%” menjadi pukulan bagi ekspektasi pasar.

Akibatnya, emas—yang sebelumnya naik karena harapan penurunan suku bunga—kini harus menerima kenyataan bahwa suku bunga tinggi bisa bertahan lebih lama.

Reaksi Pasar Domestik di Indonesia

Penurunan harga emas global juga mulai berdampak pada harga emas batangan di dalam negeri. PT Aneka Tambang (Antam) Tbk

melaporkan harga emas 24 karat turun hingga Rp 20.000 per gram dalam waktu tiga hari. Harga jual emas per gram kini berada di kisaran Rp 1.280.000, dari sebelumnya mendekati Rp 1.310.000.

Meski demikian, penurunan harga ini justru dianggap sebagai peluang oleh sebagian investor ritel untuk kembali membeli emas fisik sebagai tabungan jangka panjang.

Apakah Ini Akhir dari Tren Bullish Emas?

Analis pasar menilai bahwa koreksi harga emas saat ini bersifat teknikal dan wajar, terutama setelah kenaikan panjang beberapa bulan terakhir.

Namun, jika dolar terus menguat dan The Fed mempertahankan sikap hawkish, maka tekanan terhadap emas bisa berlanjut.

Meski demikian, ketidakpastian global seperti geopolitik Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina, serta potensi perlambatan ekonomi China bisa tetap menjadi faktor pendukung harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

“Emas belum kehilangan daya tariknya sepenuhnya, tapi sentimen jangka pendek memang sedang tidak mendukung,” ujar Nicky Prasetya, analis komoditas dari Global Capital Futures.

Kesimpulan: Waspadai Volatilitas, Tetap Perhatikan Momentum

Kejatuhan harga emas dalam sepekan terakhir menjadi pengingat bahwa bahkan aset safe haven pun tak kebal terhadap sentimen pasar.

Penguatan dolar dan kenaikan yield obligasi AS adalah dua “musuh abadi” yang harus selalu diwaspadai oleh investor emas.

Baca juga: BRI-MI Gandeng DBS Rilis Reksa Dana Denominasi Dollar AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version