Muslimah Mantan TKI Sukses,Ekspor Kerupuk ‘Canthir

Kisah Muslimah, Mantan TKI yang Sukses Jualan Kerupuk Singkong “Canthir” sampai Luar Negeri

Muslimah Mantan TKI Sukses,Ekspor Kerupuk 'Singkong
Muslimah Mantan TKI Sukses,Ekspor Kerupuk ‘Singkong

JAKARTA, vipbusinessnews.com – Pada tahun 2005, Muslimah (57) memutuskan kembali ke Indonesia

setelah bekerja bertahun-tahun sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia dan Brunei Darussalam.

Dari jendela pesawat, ia mulai berpikir tentang apa yang bisa ia lakukan di Tanah Air untuk masa depannya.

Meskipun tidak memiliki latar belakang bisnis, ia memilih untuk berjualan makanan sebagai jalan hidup baru.

Saat itu, Muslimah Mantan TKI yang lebih akrab dipanggil Mak’e baru berusia 38 tahun. Ia mulai usaha dengan modal Rp 50.000 untuk membuat pisang aroma coklat.

Saya titipkan di bengkel depan rumah, karena kebetulan adik suami saya buka bengkel. Ternyata, dari lima

pisang itu, hasilnya bisa jadi banyak,” ceritanya saat ditemui di Jakarta, pekan lalu.

Dari situ, ia merasa yakin untuk merekrut karyawan dan membuka gerai pisang aroma coklat di dekat rumahnya, di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Selain fokus pada pisang aroma coklat, ia juga menerima pesanan berbagai jenis makanan lainnya.

Awal mula keripik singkong Canthir

Muslimah mengungkapkan bahwa ia pernah menjual banyak macam makanan, seperti bubur sumsum, peyek, manisan kolang-kaling, manisan pepaya, hingga nata de coco.

“Maklum, waktu itu belum punya banyak pengetahuan, jadi semua pesanan langsung diterima. Itulah kebiasaan banyak UMKM,” ujarnya

Setelah lima tahun berjuang dengan cara yang seperti itu, ia mulai belajar banyak tentang bisnis

dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

Mengenang masa itu, Muslimah mengatakan bahwa tanpa pengetahuan yang cukup tentang bisnis makanan,

usahanya sangat sulit dan penuh tantangan selama tiga tahun.

Setelah beberapa tahun, saya mulai berpikir, kenapa capek-capek buat bubur sumsum kalau nggak habis, basi.

Akhirnya saya cari makanan yang bisa tahan lama. Di kampung saya, kerupuk Canthir cuma dibuat waktu hari raya.

Tapi di Jakarta, orang butuh makanan setiap hari. Dari situ saya punya ide, kenapa nggak buat kerupuk Canthir di Jakarta setiap hari?” ceritanya.

Canthir sendiri diyakini berasal dari Jawa Tengah, meskipun Muslimah mengenalnya pertama kali di Lampung, tempat kelahirannya.

Sejak kecil saya kenal dengan nama Canthir, jadi saya hanya melanjutkan branding yang sudah ada,” katanya.

Produksi Canthir dimulai dengan hanya 35 bungkus yang dijual seharga Rp 1.000 per kemasan. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan bisnis

Muslimah, produksi kerupuk singkong Canthir terus berkembang. Terkadang, ia bahkan mengirim kerupuk singkongnya ke hampir semua warung di stasiun, dari Bogor hingga Tebet.

Dari situ, Canthir mulai berkembang ke pasar yang lebih luas dan mulai menyasar segmen korporat. Namun,

saat itu, Canthir masih dikenal sebagai kerupuk singkong dalam kemasan plastik bening tanpa label merek yang jelas.

 

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *