Marak Fenomena Squeezed Leader di Perusahaan, Bagaimana Mengatasinya?

Fenomena Squeezed Leader di Perusahaan dan Cara Mengatasinya

Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, para pemimpin tingkat menengah atau middle managers sering kali menghadapi tekanan besar dari berbagai arah. Fenomena ini dikenal sebagai Squeezed Leader, di mana mereka berada dalam posisi yang penuh tantangan akibat tekanan dari atasan, tuntutan kinerja dari bawahan, serta ekspektasi pelanggan dan mitra bisnis.

Apa Itu Squeezed Leader?

Squeezed Leader adalah kondisi ketika seorang pemimpin, khususnya manajer tingkat menengah, mengalami tekanan dari banyak pihak dalam organisasi. Mereka diharapkan untuk memenuhi target yang diberikan oleh manajemen senior, sementara di sisi lain mereka juga harus memastikan bahwa tim mereka tetap termotivasi dan produktif. Kondisi ini sering kali menyebabkan kelelahan emosional, stres tinggi, dan bahkan burnout jika tidak dikelola dengan baik.

Marak Fenomena Squeezed Leader di Perusahaan, Bagaimana Mengatasinya?
Marak Fenomena Squeezed Leader di Perusahaan, Bagaimana Mengatasinya?

Marak Fenomena Squeezed Leader di Perusahaan, Bagaimana Mengatasinya?

  • 66% middle manager merasa tidak memiliki cukup otonomi dalam peran mereka. Mereka sering merasa seperti “robot” yang hanya menjalankan perintah tanpa kebebasan mengambil keputusan sendiri. (Harvard Business Review)
  • 50% waktu middle manager dihabiskan untuk tugas administratif yang membuat mereka sulit untuk fokus pada strategi dan inovasi. (BetterUp)
  • 61% middle manager mengalami tekanan dari ekspektasi yang saling bertentangan antara eksekutif tingkat atas dan karyawan lini depan. (Forbes)

Fenomena ini bukan hanya terjadi di perusahaan global, tetapi juga umum terjadi di perusahaan di Indonesia. Banyak manajer tingkat menengah yang harus berjuang keras untuk menjaga keseimbangan antara harapan atasan dan tuntutan bawahan.


Penyebab Fenomena Squeezed Leader

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena ini di perusahaan:

1. Kurangnya Kapasitas Manajerial

Banyak middle manager yang dipromosikan ke posisi kepemimpinan tanpa diberikan pelatihan yang memadai. Akibatnya, mereka kesulitan dalam mengelola tim dan membuat keputusan strategis yang diperlukan untuk mencapai target perusahaan.

2. Minimnya Otonomi dalam Pengambilan Keputusan

Top management sering kali tidak memberikan kewenangan yang cukup kepada manajer untuk membuat keputusan. Akibatnya, mereka terjebak dalam situasi di mana mereka harus menjalankan perintah dari atas tanpa bisa menyesuaikannya dengan kondisi di lapangan.

3. Beban Administratif yang Berlebihan

Manajer tingkat menengah sering kali harus menangani tugas administratif yang tidak berhubungan langsung dengan kepemimpinan dan strategi. Hal ini mengurangi waktu mereka untuk berpikir kreatif dan memberikan solusi inovatif bagi tim mereka.

4. Kurangnya Dukungan dan Pengembangan Profesional

Banyak perusahaan tidak memiliki program pelatihan dan pengembangan yang cukup untuk middle manager mereka. Akibatnya, mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks.

5. Perubahan yang Terlalu Cepat dalam Organisasi

Dalam dunia bisnis yang dinamis, perubahan sering terjadi dengan cepat. Namun, jika perubahan tidak dikelola dengan baik, manajer tingkat menengah bisa merasa tertekan karena harus menyesuaikan diri dengan kebijakan baru yang terus berubah tanpa adanya panduan yang jelas.


Dampak dari Squeezed Leader

Jika fenomena ini tidak ditangani dengan baik, dampaknya bisa sangat merugikan bagi perusahaan:

  1. Kinerja Menurun – Manajer yang stres cenderung tidak bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang buruk.
  2. Tingkat Burnout Meningkat – Kelelahan yang berlebihan bisa menyebabkan manajer kehilangan motivasi dan akhirnya meninggalkan perusahaan.
  3. Turnover Karyawan Tinggi – Jika manajer tidak bisa mengelola tim dengan baik, karyawan cenderung mencari lingkungan kerja yang lebih sehat.
  4. Inovasi Terhambat – Manajer yang hanya fokus pada tugas administratif tidak memiliki waktu untuk berpikir strategis dan menciptakan inovasi baru.
  5. Kesulitan Menarik Talenta Baru – Perusahaan dengan reputasi lingkungan kerja yang buruk akan kesulitan menarik talenta berkualitas tinggi.

Cara Mengatasi Fenomena Squeezed Leader

Agar fenomena ini tidak merugikan perusahaan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh organisasi:

1. Memberikan Pelatihan dan Pengembangan Kepemimpinan

Perusahaan harus menyediakan program pelatihan kepemimpinan yang berfokus pada keterampilan manajerial, komunikasi, dan strategi pengambilan keputusan. Pelatihan ini akan membantu middle manager untuk mengembangkan kemampuan mereka dan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan.

2. Meningkatkan Otonomi Manajer

Top management perlu memberikan lebih banyak wewenang kepada middle manager dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, mereka dapat lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan dan menyesuaikan strategi dengan kondisi tim mereka.

3. Mengurangi Beban Administratif

Otomatisasi dan digitalisasi proses bisnis bisa membantu mengurangi tugas administratif yang membebani middle manager. Dengan menggunakan teknologi, mereka bisa fokus pada tugas yang lebih strategis.

4. Menjalin Komunikasi yang Lebih Baik

Manajemen puncak harus membangun komunikasi yang lebih terbuka dengan middle manager. Diskusi rutin, townhall meetings, dan sesi umpan balik dapat membantu mengurangi tekanan yang dirasakan oleh middle manager.

BACA JUGA:XL Axiata Akan Bagikan Dividen Rp 1,12 Triliun, RUPS Digelar 25

5. Menerapkan Model MLE (Managerialship, Leadership, Entrepreneurship)

Middle manager perlu menguasai tiga aspek utama kepemimpinan:

  • Managerialship – Kemampuan dalam menjalankan sistem dan prosedur operasional.
  • Leadership – Kemampuan untuk memotivasi dan menggerakkan tim.
  • Entrepreneurship – Kemampuan untuk mengenali peluang bisnis dan berinovasi.

Dengan menguasai ketiga aspek ini, middle manager dapat lebih efektif dalam menghadapi tekanan dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perusahaan.

6. Memberikan Dukungan Kesehatan Mental

Perusahaan bisa menyediakan layanan kesehatan mental seperti program konseling atau sesi mindfulness bagi middle manager yang mengalami stres. Ini akan membantu mereka untuk tetap sehat secara emosional dan lebih produktif di tempat kerja.

7. Mengembangkan Budaya Kerja yang Sehat

Budaya kerja yang mendukung keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi akan membantu middle manager untuk tetap termotivasi dan produktif. Perusahaan bisa menerapkan kebijakan work-life balance, fleksibilitas jam kerja, atau sistem kerja hybrid.


Kesimpulan

Fenomena Squeezed Leader adalah tantangan nyata yang dihadapi banyak middle manager di berbagai perusahaan. Jika tidak ditangani dengan baik, dampaknya bisa merugikan tidak hanya individu, tetapi juga organisasi secara keseluruhan.

Solusi untuk mengatasi masalah ini mencakup peningkatan pelatihan kepemimpinan, memberikan lebih banyak otonomi, mengurangi beban administratif, serta membangun komunikasi yang lebih baik antara middle manager dan top management.

Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif, serta memastikan bahwa middle manager dapat berkontribusi secara maksimal dalam mencapai tujuan perusahaan.

By Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *